Atas pertanyaan strategi apa yang digunakan untuk mendorong petani untuk meningkatkan kualitasi biji kakao, Azwar menjelaskan bahwa beberapa strategi untuuk mendorong petani melakukan fermentasi adalah sebagai berikut :
- Membangun kemitraan petani dengan eksportir dan industri pengolahan kakao. Terbangunnya kemitraan antar pelaku usaha kakao secara otomatis akan terbangun link yang kuat sehinggachain antara broker dengan petani dapat putus.
- Memperkuat kelembagaan petani atau menumbuhkan koperasi agar bisa diperoleh produksi kakao fermentasi skala besar, dan meningkatkan posisi tawar petani dengan pihak lainnya.
- Bila dimungkinkan, perlu adanya regulasi dari PEMDA untuk mendorong peningkatan kualitas biji kakao dalam bentuk kakao fermentasi.
Selanjutnya Azwar mengungkapkan harapan terhadap pekakaoan nasional, yaitu : Saya memiliki impian, Indonesia dalam 4 sd 5 tahun yang akan datang, bisa meraih predikat produsen terbesar di dunia. Kita sesungguhnya memiliki sumber daya untuk mencapai itu, setidaknya dilihat dari luas areal, perlu dicatat bahwa Indonesia memiliki luasan kakao terbesar di dunia. Kendalanya produktivitas kakao kita belum optimal. Maka melalui GERNAS maupun upaya lainnya, peningkatkan produktivitas dan mutu ini dapat didorong sehingga kita bisa mencapai status produsen kakao terbesar di dunia.
Selain itu saya juga terobsesi dapat mendorong para pabrikan pengolahan kakao untuk menggunakan biji kakao fermentasi dalam negeri yang saat ini berasal dari impor sebanyak kurang lebih 40.000 biji kakao fermentasi. Bila hal tersebut dapat tercapai maka banyak manfaat yang dapat diperoleh antara lain peningkatan pendapatan petani, meminimalkan impor biji kakao fermentasi, pabrik pengolahan kakao beropersional dengan lancar sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Atas pertanyaan presenter, tentang persaingan kelapa sawit dengan kakao, Azwar mengatakan bahwa kedua komoditas ini merupakan komoditas utama sub sektor perkebunan sehingga kedua komoditas ini harus dikembangkan secara optimal di tanah air. Zone pengembangan kelapa sawit difokuskan di Indonesia Barat seperti Sumatera dan Kalimantan sedangkan kakao di konsentrasikan di Indonesia Timur khususnya wilayah Sulawesi yang saat ini merupakan sentra produsen kakao nasional. Sentra produsen kakao di Sulawesi harus tetap dipertahankan karena selain budaya masyarakatnya yang telah mengenal secara mendalam komoditas ini, juga 70% produksi kakao Indonesia berasal dari wilayah ini.
Pelaku bisnis kakao, yang diwakili Sindra Wijaya, SE mengunkapkan bahwa biji kakao Indonesia 95% masih belum difermentasi sedangkan produksi kakao negara lain kondisinya sebaliknya yaitu fermentasi. Kakao Indonesia mempunyai kelebihan dibandingkan kakao negara lain yaitu melting pointnya tinggi sehingga menghasilkan cocoa butter yang keras/tidak mudah meleleh dan mouldynya rendah sehingga lebih tahan. Bila kelebihan tersebut dikombinasikan dengan fermantasi maka mutu kakao Indonesia menjadi yang terbaik. Atas pertanyaan, bagaimana tanggapannya terhadap Gerna Kakao, Sindra menyampaikan bahwa Gernas Kakao merupakan program terbaik pemerintah dibidang kakao dan bermanfaat bagi petani, eksportir, industri, konsumen dan pemerintah sendiri. Dia yakin bahwa bila tidak ada Gernas Kakao, produksi kakao Indonesia akan sangat rendah karena perkebunan kakao di Indonesia sudah berumur/tua. Pemerintah dihimbau untuk melanjutkan program ini, mengingat Industri kakao dalam negeri telah bangkit dan kapaistas olahnya semakin lama semakin meningkat sejalan dengan permintaan konsumen coklat. Selanjutnya dikatakan jika tahun 2015 produksi tidak meningkat maka industri pengolahan kakao akan banyak mengimpor dari luar negeri.