Optimalkan Produktivitas Kelapa Indonesia, Kementan Perkuat Kapabilitas Pekebun
Diposting Jumat, 04 Juli 2025 01:07 pm
Rembang – Kelapa termasuk salah satu komoditas primadona yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, karena semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi. Bahkan hingga saat ini semakin menarik minat pasar global.
Kondisi kelapa di Indonesia saat ini didominasi oleh perkebunan rakyat (98,93%). Tentu tak dapat dipungkiri, dalam pengembangannya dihadapkan berbagai tantangan, baik kondisi tanaman tua, serangan OPT, ditambah terjadinya cekaman iklim, seperti dilanda kekeringan, kebakaran lahan maupun banjir.
Sebagai informasi, perkembangan komoditas kelapa di Kabupaten Rembang, tercatat total areal komoditas kelapa seluas 6.472 ha dengan produksi mencapai 3.771,56 ton. Diketahui rata-rata produktivitas perkebunan kelapa di kabupaten Rembang masih harus dioptimalkan.
Menjawab tantangan tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan gelar kegiatan Kesiapsiagaan Pengendalian OPT berupa Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapabilitas Pekebun, di Balai Desa Bamban, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, pada awal bulan Juli 2025.
Secara terpisah, Heru Tri Widarto, Plt. Direktur Jenderal Perkebunan mengatakan, “Diperlukan peran aktif pemerintah untuk mendorong kesadaran dan kepedulian serta keikutsertaan pekebun dalam melakukan pengendalian OPT di kebunnya.”
Heru menekankan, tantangan terkait OPT wajib diselesaikan dan dikendalikan secara tepat dengan sinergi dari semua pihak. Untuk wujudkan kesuksesan program perkebunan, saya sangat mengharapkan dukungan dari seluruh pihak terkait, karena pelindungan perkebunan mempunyai peranan sangat besar terutama dalam pengawalan maupun penyelamatan tanaman dari serangan OPT.
Demi wujudkan sinergi tersebut, Kementan gandeng para Pakar dan Praktisi di Bidang Pengendalian OPT Wilayah Kerja Kabupaten Rembang. Pekebun dibekali materi tentang Implementasi Good Agricultural Practices (GAP) budidaya tanaman kelapa, Teknologi Pengamatan dan Perhitungan Kehilangan Hasil, serta Praktik Pemasangan Perangkap Feromon dan Pembuatan Agens Pengendali Hayati (APH) OPT Kelapa.
Direktur Perlindungan Perkebunan, yang diwakili Ketua Kelompok Substansi Pengendalian Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Tanaman Penyegar, dan Tahunan Lain, Candra mengatakan, untuk meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan OPT, maka perlu dilakukan pengendalian OPT tanaman kelapa secara berkelanjutan.
“Pengendalian dilakukan agar luas areal terserang OPT menurun, dan diharapkan pekebun memantau keadaan serangan di kebunnya secara mandiri, serta didampingi oleh petugas POPT lapangan,” ujarnya saat membuka kegiatan Bimtek di Rembang, (01/07).
Lebih lanjut Candra menghimbau, “Diharapkan setelah kegiatan ini dilaksanakan, pekebun lebih tanggap dalam mencegah dan mengendalikan OPT Kelapa di kebunnya, serta menjadi trigger atau pemicu positif bagi kelompok pekebun di daerah sekitar, sehingga produktivitas dan kualitas tanaman kelapa Indonesia terus terjaga.”
Menurut informasi dari Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto, Serangan Oryctes rhinoceros dapat mengganggu pertumbuhan kelapa dan mengurangi produksi bahkan merubuhkan pohon. Sebagian petani bahkan telah menebang pohon kelapa yang sudah tidak produktif atau tanaman tua dengan harga 100 ribu per pohon.
“Agar para pekebun yang berpartisipasi selepas kegiatan ini hendaknya berkomitmen mempraktikkan di kebunnya masing-masing,” harap Agus.