JAKARTA, (4/1) Indonesia bersama dengan Sri Lanka berencana untuk mengembangkan industri perkebunan teh. Kerjasama bilateral ini sudah mencapai tahap penandatangan Letter of Intent (LoI). Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Pertanian Sri Lanka beserta staf ahlinya, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Dewan Teh Indonesia (DTI), PTPN VIII, PPTK Gambung, dan Dinas Perkebunan.
“Pemerintah akan mengkoordinasikan agar kerjasama ini menguntungkan petani teh, dan industri teh nasional. Melalui kerjasama tersebut, kedua negara bisa saling mengisi dalam mengembangkan perkebunan teh. Meskipun produksi teh Indonesia mengalami pasang surut dan belum sebesar Sri Lanka, tetapi banyak hal yang bisa menjadi bahan riset untuk pembangunan teh kedepannya,” ujarnya.
Saat ini, Sri Lanka merupakan salah satu produsen teh terbesar dunia, sehingga Indonesia bisa belajar banyak dari negera tersebut. Seperti bagaimana cara meningkatkan kualitas dan produktivitas teh nasional. Selain itu juga untuk memperkuat pemasaran teh di pasar internasional. Sehingga harganya akan lebih baik, serta bisa dirasakan langsung oleh petani teh.
“Ada dua hal yang ingin dilakukan bersama dari banyak kemungkinan, yaitu oction bersama antar Kolombo dan Jakarta dengan menggunakan teknologi online. Secara online, pembeli-pembeli yang ada di Kolombo bisa membeli dan menawar teh yang ada di Jakarta,” kata Ketua Umum DTI, Rachmat Badrudin.
Saat ini permasalahannya hanya ada 7-10 pembeli saja yang aktif. Namun dengan dibukanya jalur joint ocean ini akan ada 200 pembeli yang menawar. Jika mereka melihat catalog melalui sistem online, maka mereka bisa beeding secara real time. Kerjasama merupakan akses karena memberikan jalan kepada produsen dan pembeli untuk bertransaksi.
“Dalam Kolombo Oction ini dimungkinkan suatu kerjasama yang menggunakan sistem IT. Karena secara online bisa pembeli bisa langsung melihat catalog dan menawar saai itu juga, maka persaingan di pasar internasional akan lebih ketat,” ujarnya.
Sementara itu, Kabag Pemasaran Teh PTPN VIII, Tri Bagus Santoso, mengatakan peluang seperti ini merupakan hal positif bagi kami sebagai produsen. Indonesia sebagai salah satu produsen teh terbesar dunia dituntut untuk bekerjasama dengan negara lain. Mengingat perusahaan-perusahaan teh di Sri Lanka lebih besar dari perusahaan teh dalam negeri, maka bisa dijalin kerja sama antar perusahaan teh Indonesia dengan perusahaan di Sri Lanka.
“PTPN VIII sebagai produsen teh mengharapkan perjanjian tersebut dapat segera selesai. Sehingga kerjasama antar perusahaan di kedua Negara bisa diwujudkan secepatnya. Di bidang teh, harus diakui bahwa Sri Lanka memang lebih maju dari Indonesia, dari segi produksi, kualitas, pemasaran, harga, dan sebagainya,” ujarnya.
Di lapangan, tambahnya, Indonesia bisa belajar banyak mengenai kultur teknis dari Sri Lanka. Banyak hal positif yang bisa dipelahari dari negara tersebut. Namun tentunya Indonesia juga harus terbua untuk berbagai pengerahuan seputar perkebunan teh ke Sri Lanka.
“Produksi PTPN 2000-2100 per kg daun teh kering, sedangkan untuk rata-rata nasional antara 2000-2200. Dengan adanya kerjasama dengan Sri Lanka, diharapkan pengembangan kebun teh di Indonesia kedepannya akan lebih baik. Jika dilihat dari jenis tanamannya, produktivitas teh Sri Lanka sangat bagus. Sehingga , kedepannya kerjasama ini akan dilakukan dalam jangka panjang,” jelasnya. (Humasbun)