KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

FORUM IICC 2019 BALI: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS, PERBAIKAN KUALITAS DAN KEBERLANJUTAN KAKAO INDONESIA

Diposting     Sabtu, 16 November 2019 11:11 am    Oleh    ditjenbun



Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan sebagai sumber devisa dari ekspor dengan volume ekspor tahun 2018 mencapai 380,75 ribu ton atau senilai USD 1,24 milyar (BPS diolah Ditjen. Perkebunan, 2018). Saat ini, Indonesia merupakan produsen kakao peringkat 3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi tahun 2018 sebesar 593,83 ribu ton. Dari produksi tersebut sekitar 95% merupakan kakao yang di hasilkan oleh perkebunan rakyat pada areal 1,68 juta hektar dengan 60% areal kakao Indonesia berada di daerah Sulawesi.

Pada keynote speech mewakili Menteri Pertanian dalam acara The 7th Indonesian International Cocoa Conference and Dinner 2019 (IICC) yang dilaksanakan di Westin Hotel Nusa Dua, Bali tanggal 14-15 November 2019, Direktur Jenderal Perkebunan memaparkan kebijakan pengembangan kakao Indonesia dari sisi peningkatan produktivitas, perbaikan kualitas dan keberlanjutan. Hadir pada pertemuan tersebut Wakil Menteri Luar Negeri RI, Deputi Bidang Koordinasi Pangan & Pertanian Kemenko Perekonomian, Direktur Executive ICCO, Direktur Puslitkoka, Deputy Secretary General Commodities Kementerian Industri Primer Malaysia, Ketua Dewan Kakao Indonesia dan berbagai perusahaan Industri Kakao Internasional yang berkontribusi dalam pengembangan hilirisasi, kualitas dan nilai tambah produk kakao dunia seperti MARS Incorporate, Mondelez International, Olam International, Barry Callebaut, Cargill International serta stakeholder lain.

Acara yang diinisiasi oleh Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) dan Dewan Kakao Indonesia mengangkat tema “the future of cocoa smallholder and industry: challenges for resilient production and a sustainable cocoa industry in a new era” dengan maksud ditujukan untuk menyiapkan rekomendasi kebijakan terkait pengembangan kakao Indonesia dan dunia untuk Cocoa Roadmap Terpadu agar dapat mendorong pengembangan ekonomi melalui industry berbasis kakao berkelanjutan di era baru yang kompetitif dan mendukung sistem produksi kakao dengan budidaya yang baik, terintegrasi serta mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Selanjutnya, dalam sambutan dan pemaparannya, Direktur Jenderal Perkebunan menyampaikan saat ini pengembangan kakao Indonesia masih menghadapi tantangan yang menuntut untuk segera dilakukan perbaikan dan peningkatan diantaranya rendahnya produktivitas dibawah kondisi optimalnya, kualitas produk yang belum berdaya saing dan kelembagaan petani yang kurang memiliki posisi tawar dalam perdagangan/ akses pasar yang rendah.

“Untuk itu strategi pengembangan kakao kedepan yang akan dilakukan pemerintah adalah Peningkatan produksi dan produktivitas berbasis Kawasan kakao melalui program BUN-500 (perluasan, peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, GAP dan inovasi teknologi perbenihan modern),” katanya.

Peningkatan nilai tambah dan daya saing, Lanjutnya, melalui program intercropping penanaman dengan tanaman semusim atau tanaman pangan lain, integrasi dengan ternak, mendorong agro-tourism.

Kasdi menambahkan, selain itu juga perlu perbaikan panen dan pascapanen/ pengolahan dengan sasaran perbaikan kualitas produk yang dapat berdaya saing melalui pelatihan dan pemberdayaan petani untuk memahami GHP dan GMP yang mempengaruhi kualitas.

“untuk itu perlu peningkatan SDM dan penyuluhan, pengembangan korporasi petani melalui penguatan kelembagaan petani dan kemitraan usaha dengan pelaku industry, kerjasama bisnis dan sinergitas dengan Lembaga penelitian,” tambahnya.


Bagikan Artikel Ini