KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Hari Perkebunan Ke-62 Tahun 2019 : Korporasi Perkebunan Rakyat Untuk Kesejahteraan Pekebun

Diposting     Selasa, 10 Desember 2019 01:12 pm    Oleh    ditjenbun



Malang, (10 Desember 2019), —- Perkebunan dalam perjalanannya selalu memberikan peran dan kontribusi yang signifikan bagi bangsa dan masyarakat Indonesia, baik sebagai andalan pendapatan nasional dan devisa negara juga komoditi yang memiliki nilai ekonomis dalam menghasilkan bahan pangan, sumber produk specialty (kopi dan atsiri), bahan baku industri dan penghasil energi, maupun sebagai komoditas yang mampu memelihara dan memperbaiki fungsi lingkungan dan fungsi sosial, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Selain itu komoditas perkebunan berperan dalam penyedia lapangan pekerjaan dengan keterlibatan 22,69 juta jiwa tenaga kerja dan pekebun. Jika dilihat dari sumbangan terhadap PDB pertanian, komoditas perkebunan berkontribusi sebesar 34% atau senilai 429,68 triliun rupiah dan angka ini lebih besar dari kontribusi Minyak dan Gas terhadap PDB Nasional yang hanya sebesar 369,35 triliun rupiah.

Tujuan, upaya dan semangat kita kedepan adalah untuk terus mendorong, berkontribusi dan mewujudkan perkebunan sebagai salah satu andalan dalam pengembangan ekonomi nasional dan wilayah/ desa baik wilayah pengembangan eksisting, pengembangan baru, daerah tertinggal maupun perbatasan tentunya dengan peran serta seluruh lapisan masyarakat, pekebun dan stakeholder terkait.

Salah satu modal dasar yang sangat penting dalam pengembangan komoditas perkebunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah menciptakan sinergitas dalam menggerakan seluruh kemampuan dan komponen sumber daya dalam penyelenggaraan usaha perkebunan di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada peringatan Hari Perkebunan Ke-62 Tahun 2019, tema yang dipilih adalah “Korporasi Perkebunan Rakyat Untuk Kesejahteraan Pekebun”. Dipilihnya tema tersebut diharapkan tidak hanya sebagai semboyan semata tetapi bagaimana para stakeholder terkait sub sektor perkebunan memproklamirkan perpaduan sikap yang satu, sikap yang sejalan dan sikap yang selaras dalam membangun perkebunan dalam bentuk kesamaan persepsi.

Program pembangunan yang disusun, sejak awal hendaknya merefleksikan kepentingan petani perkebunan di negeri ini. Tujuan yang hendak dicapai adalah pencapaian target keberhasilan serta percepatan perwujudan visi dan misi pembangunan perkebunan nasional. Singkat kata, sinkronisasi program dan sinergitas antar stakeholder bidang perkebunan lintas perkebunan/kota, provinsi dan pusat, akan menghasilkan keterpaduan perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan pembangunan perkebunan rakyat yang proporsional. Perwujudan semua program tersebut tentu sangat ditentukan oleh kerja sama dan dukungan semua kalangan, terutama partisipasi masyarakat pekebun dan pemerintah serta dukungan para pelaku usaha.

Melalui Anggaran pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 dan 2018, Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), Kementan menyediakan benih bermutu tanaman perkebunan. Terobosan untuk memenuhi kebutuhan benih dengan meluncurkan BUN500. Program ini menyediakan benih unggul bermutu perkebunan sebanyak 500 juta benih dalam kurun 2019-2024.

Setiap tahun akan ada pembagian 100 juta benih unggul berkualitas sehingga dalam lima tahun tercapai 500 juta benih. Kita optimis program BUN500 akan meningkatkan produksi perkebunan nasional karena benih unggul bermutu akan mengangkat hasil panen sebanyak 2-3 kali lipat daripada benih biasa. Contohnya kopi saat ini (produksi) hanya 700 kg/ha per tahun. Tetapi dengan bibit ini nilai produksi bisa mencapai 3,5-4 ton per tahun yang artinya bisa naik 400%.

Keberadaan benih bermutu tanaman perkebunan, sangat diperlukan untuk mendukung produktivitas, kualitas hasil, dan ketahanan terhadap cekaman hama penyakit ataupun kelangkaan air. Penggunaaan benih yang tidak bermutu akan menghasilkan kerugian baik materi maupun waktu karena tanaman perkebunan umumnya memiliki periode tanam yang cukup lama (long term period).

BUN500 merupakan salah satu strategi menumbuhkan produsen benih dengan Desa Mandiri Benih (DMB). Sepanjang 2017–2019 sudah terbangun 65 DBM di 25 provinsi untuk komoditas kakao, kopi, kelapa, karet, jambu mete, lada, pala, cengkeh dan vanili. Kegiatan DMB ini bertujuan menyediakan sarana pembibitan, transfer pengetahuan, fasilitas legalitas produsen benih, dan pengembangan kemitraan.

Melalui DMB diharapkan dapat terbangun Desa Swasembada Benih dengan melibatkan masyarakat desa yang produktif. Benih yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan pengadaan pemerintah ataupun masyarakat. Penjualan benih juga bisa dimanfaatkan untuk keberlanjutan usaha. Target tahun 2020 akan dikembangkan 50 titik dan dilengkapi nursery modern. Bibit yang disediakan diharapkan dapat mendukung program BUN500.

Peringatan Hari Perkebunan pada hakekatnya adalah hari saat insan perkebunan berbangga dan mawas diri atas segala prestasi yang dicapainya dan sekaligus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala yang diberikan-Nya. Seperti pada peringatan tahun sebelumnya, peringatan Hari Perkebunan tahun ini diselenggarakan dengan makna dan kegiatan yang sama dengan tujuan membangun kebersamaan melalui berbagi bersama, berkarya bersama dan berbahagia bersama, tentunya lebih memperkuat sinergitas membangun perkebunan nasional yang menjadi kata penting tema Hari Perkebunan tahun ini.

Peringatan Hari Perkebunan Ke-62 Tahun 2019 diselenggarakan dari tanggal 10 – 12 Desember 2019 di POLBANGTAN  Malang – Jawa Timur diisi dengan serangkaian kegiatan yaitu Acara Puncak, Expo Perkebunan, Gala Dinner, Olah Raga, Talkshow Perkebunan, Temu Bisnis, dan Bhakti Sosial.


Bagikan Artikel Ini  


PELEPASAN EKSPOR KOPI DAN CENGKEH DALAM RANGKA HARI PERKEBUNAN KE-62

Diposting        Oleh    ditjenbun



PRESS RELEASE MENTERI PERTANIAN

PADA

KEGIATAN PELEPASAN EKSPOR KOPI DAN CENGKEH DALAM RANGKA HARI PERKEBUNAN KE-62

Gudang PT. Asal Jaya Gempol, Kabupaten Pasuruan, 10 Desember 2019

Kontribusi komoditas perkebunan sebagai penyumbang penerimaan negara dari sektor non migas sangat besar apalagi turut berkontribusi positif dalam penopang neraca perdagangan komoditas pertanian. Data BPS tahun 2018 menunjukkan komoditas perkebunan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp 489,25 Triliun, dengan nilai ekspor mencapai 27,9 milyar USD atau Rp 402,6 Triliun. Selain itu berkontribusi sebesar 97,4% dari sisi volume terhadap total volume ekspor komoditas pertanian tahun 2018 dan berkontribusi sebesar 96,9% dari sisi nilai terhadap total nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2018.

Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pertanian nomor 19 tahun 2019 tentang Pengembangan Ekspor Komoditas Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat amanat untuk mengakselerasi peningkatan produksi dan daya saing komoditas perkebunan di pasar internasional melalui ekspor dan kegiatan promosi, salahsatunya di provinsi Jawa Timur. PT. Asal Jaya merupakan salah satu eksportir komoditas perkebunan seperti kopi, kakao dan cengkeh di Jawa Timur, yang sudah menjalankan bisnis ekspor ke 48 negara di Kawasan Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan Timur Tengah. PT. Asal Jaya didirikan tahun 1967 dengan nama UD. Asal Jaya, pada tahun 1993 menjadi CV. Asal Jaya dan berkembang bisnisnya tahun 2003 menjadi PT. Asal Jaya. Perusahaan memperkerjakan 473 orang dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001: 2008 dalam hal Processing & Trading of Coffee Beans, Cocoa & Cloves.

Pada acara simbolis pelepasan ekspor ini akan di kirimkan total volume ekspor komoditas kopi dan cengkeh sebesar 449,6 ton (total 24 container) dengan total nilai ekspor US$ 1.006.712 atau sekitar Rp 14,09 milyar. Kopi didapatkan dari Poktan binaan di Kabupaten Malang, sedangkan cengkeh dari poktan di daerah Ambon, Maluku dengan rincian:

  1. Untuk kopi sebesar 382,8 ton (20 container) dengan nilai ekspor US$ 646.252 (Rp 9,05 milyar) dan Negara tujuan Mesir, Inggris, Italy, Jepang.
  2. Untuk cengkeh sebesar 66,8 ton (4 container) dengan Nilai ekspor US$ 360.460 (Rp 5,05 milyar) dan Negara tujuan Pakistan dan India.

Selain itu, dalam minggu pertama Bulan Desember 2019 Kementerian Pertanian telah melakukan ekspor produk perkebunan sebanyak 35.078 Ton, dengan negara tujuan hingga ke wilayah Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika. Adapun selama ini Direktorat Jenderal Perkebunan telah memfasilitasi kegiatan yang menunjang peningkatan ekspor antara lain melalui kegiatan peningkatan produksi dan hilirisasi yaitu penyediaan benih dan sarana produksi lainnya, sarana pascapanen/ pengolahan, bimtek budidaya (GAP), mutu dan sertifikasi, capacity building pelaku ekspor, akses pasar dan fasilitasi promosi produk perkebunan baik di pasar dalam negeri dan luar negeri.

Kegiatan pelepasan ekspor ini juga akan dihadiri Bupati Pasuruan, Balai Besar Karantina Surabaya, GAEKI, GPEI, Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jawa Timur beserta jajarannya, Kepala Dinas Tan. Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, Pejabat eselon 2, 3 dan 4 lingkup Ditjen. Perkebunan, Muspida setempat, petani kopi dan cengkeh serta PPL yang bermitra dengan perusahaan dan pelaku usaha/stakeholder terkait lainnya.

 


Bagikan Artikel Ini  


FORUM IICC 2019 BALI: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS, PERBAIKAN KUALITAS DAN KEBERLANJUTAN KAKAO INDONESIA

Diposting     Sabtu, 16 November 2019 11:11 am    Oleh    ditjenbun



Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan sebagai sumber devisa dari ekspor dengan volume ekspor tahun 2018 mencapai 380,75 ribu ton atau senilai USD 1,24 milyar (BPS diolah Ditjen. Perkebunan, 2018). Saat ini, Indonesia merupakan produsen kakao peringkat 3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan produksi tahun 2018 sebesar 593,83 ribu ton. Dari produksi tersebut sekitar 95% merupakan kakao yang di hasilkan oleh perkebunan rakyat pada areal 1,68 juta hektar dengan 60% areal kakao Indonesia berada di daerah Sulawesi.

Pada keynote speech mewakili Menteri Pertanian dalam acara The 7th Indonesian International Cocoa Conference and Dinner 2019 (IICC) yang dilaksanakan di Westin Hotel Nusa Dua, Bali tanggal 14-15 November 2019, Direktur Jenderal Perkebunan memaparkan kebijakan pengembangan kakao Indonesia dari sisi peningkatan produktivitas, perbaikan kualitas dan keberlanjutan. Hadir pada pertemuan tersebut Wakil Menteri Luar Negeri RI, Deputi Bidang Koordinasi Pangan & Pertanian Kemenko Perekonomian, Direktur Executive ICCO, Direktur Puslitkoka, Deputy Secretary General Commodities Kementerian Industri Primer Malaysia, Ketua Dewan Kakao Indonesia dan berbagai perusahaan Industri Kakao Internasional yang berkontribusi dalam pengembangan hilirisasi, kualitas dan nilai tambah produk kakao dunia seperti MARS Incorporate, Mondelez International, Olam International, Barry Callebaut, Cargill International serta stakeholder lain.

Acara yang diinisiasi oleh Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) dan Dewan Kakao Indonesia mengangkat tema “the future of cocoa smallholder and industry: challenges for resilient production and a sustainable cocoa industry in a new era” dengan maksud ditujukan untuk menyiapkan rekomendasi kebijakan terkait pengembangan kakao Indonesia dan dunia untuk Cocoa Roadmap Terpadu agar dapat mendorong pengembangan ekonomi melalui industry berbasis kakao berkelanjutan di era baru yang kompetitif dan mendukung sistem produksi kakao dengan budidaya yang baik, terintegrasi serta mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Selanjutnya, dalam sambutan dan pemaparannya, Direktur Jenderal Perkebunan menyampaikan saat ini pengembangan kakao Indonesia masih menghadapi tantangan yang menuntut untuk segera dilakukan perbaikan dan peningkatan diantaranya rendahnya produktivitas dibawah kondisi optimalnya, kualitas produk yang belum berdaya saing dan kelembagaan petani yang kurang memiliki posisi tawar dalam perdagangan/ akses pasar yang rendah.

“Untuk itu strategi pengembangan kakao kedepan yang akan dilakukan pemerintah adalah Peningkatan produksi dan produktivitas berbasis Kawasan kakao melalui program BUN-500 (perluasan, peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, GAP dan inovasi teknologi perbenihan modern),” katanya.

Peningkatan nilai tambah dan daya saing, Lanjutnya, melalui program intercropping penanaman dengan tanaman semusim atau tanaman pangan lain, integrasi dengan ternak, mendorong agro-tourism.

Kasdi menambahkan, selain itu juga perlu perbaikan panen dan pascapanen/ pengolahan dengan sasaran perbaikan kualitas produk yang dapat berdaya saing melalui pelatihan dan pemberdayaan petani untuk memahami GHP dan GMP yang mempengaruhi kualitas.

“untuk itu perlu peningkatan SDM dan penyuluhan, pengembangan korporasi petani melalui penguatan kelembagaan petani dan kemitraan usaha dengan pelaku industry, kerjasama bisnis dan sinergitas dengan Lembaga penelitian,” tambahnya.


Bagikan Artikel Ini  


Forum Bussiness on Agriculture di Trade Expo Indonesia 2019 sebagai Sarana Komunikasi Goverment to Bussiness dalam Perluasan Akses Pasar Komoditas Pertanian Indonesia

Diposting     Jumat, 18 Oktober 2019 01:10 pm    Oleh    ditjenbun



Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 merupakan ajang bisnis perdagangan Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 diselenggarakan tanggal 16 s/d 20 Oktober 2019 yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Indonesia, Bapak Jusuf Kalla 16 Oktober 2019 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Kabupaten Tangerang.

Salah satu kegiatan TEI 2019 yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober adalah Business Forum bidang pertanian dengan tema “Indonesian Agricultural Products Going Global” dengan moderator Sekretaris Direktur Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri dan narasumber yaitu, Pertanian Direktur PPH Perkebunan, Direktur PPH Hortikultura, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Direktur PT. Alam Sari Interbuana, Direktur PT. Saribhakti Bumi Agri. Forum ini dihadiri sekitar 150 peserta yang mayoritas merupakan potential buyers dari luar negeri.

Dari sisi pemerintah menyampaikan kebijakan untuk memastikan penyediaan produk pertanian yang berkualitas, berkelanjutan dan memiliki nilai tambah. Selain itu pemerintah juga berkomitmen untuk menyederhanakan regulasi perizinan dalam mendorong ekspor pertanian. Peserta yang hadir mengungkapkan ketertarikan yang sangat tinggi terhadap produk-produk pertanian Indonesia dan akan menindaklanjuti secara personal dengan pelaku-pelaku usaha yang ada di TEI 2019.


Bagikan Artikel Ini  


MEKSIKO LIRIK LADA DAN KAYU MANIS INDONESIA

Diposting        Oleh    ditjenbun



BOGOR – Komoditas rempah Indonesia mulai dilirik untuk ekspor ke Kawasan Amerika Tengah, tepatnya Meksiko. “Komoditas lada dan kayu manis merupakan 2 komoditas rempah Indonesia yang memiliki potensi perluasan akses pasar ke Meksiko yang sebagian besar digunakan untuk cita rasa makanan,” demikian disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Meksiko merangkap Belize, El Salvador dan Guatemala Cheppy T. Wartono dalam pertemuan singkat Bersama Sekretaris Ditjen. Perkebunan (17/10/2019).

Tercatat ada sekitar 400-500 jenis rempah di dunia dan 275 jenis diantaranya berada di Kawasan Asia Tenggara dan Indonesia menjadi negara yang dominan hingga mendapat julukan sebagai Mother of Spices. Dari keragaman jenis dan wilayah penghasil rempah tersebut, Indonesia memiliki peluang besar menjadi pemasok rempah dunia dimana menurut data FAO permintaan dunia terhadap rempah-rempah setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar 7-8%. Data BPS diolah Ditjen. Perkebunan tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar ekspor RI ke Meksiko adalah komoditas karet dengan volume 32,6 ribu ton dan nilai mencapai USD 45,6 juta lalu CPO Indonesia juga secara continue di ekspor dengan volume sebesar 14,7 ribu ton dan nilai mencapai USD 11,7 juta. Sedangkan kakao Indonesia cukup diminati di Meksiko dengan volume sebesar 11,3 ribu ton dengan nilai mencapai USD 42,9 juta.

Sekretaris Ditjen. Perkebunan mengatakan bahwa rempah Indonesia sangat diminati di seluruh dunia. “saat ini Indonesia menempati posisi ke-4 terbesar dunia sebagai penghasil rempah-rempah (lada, pala, cengkeh, vanili dan kayu manis) dengan ekspor tahun 2018 mencapai USD 582, 84 juta walaupun untuk ekspor rempah RI ke Meksiko didominasi oleh kayu manis dengan ekspor sebesar 232 ton/ tahun dan nilai mencapai USD 735 ribu,” ujar Antarjo Dikin Sekretaris Ditjen Perkebunan pada kesempatan yang sama.

Antarjo menambahkan, kebijakan pemerintah dalam mengembalikan kejayaan rempah nusantara dimulai dengan penyediaan benih yang bermutu dan bersertifikat melalui program BUN-500. “dimana komoditas lada salah satu dari 10 komoditas yang dicanangkan dalam program tersebut. Selain itu Ditjen. Perkebunan mengembangkan integrasi hulu-hilir di daerah-daerah sentra pengembangan rempah Indonesia dengan menetapkan Kawasan nasional berbasis korporasi petani. Perbaikan mutu rempah dari aspek pascapanen juga menjadi prioritas Ditjen. Perkebunan dalam meningkatkan ekspor rempah Indonesia,” tambahnya.


Bagikan Artikel Ini  


Ditjenbun Dorong Pelaporan Tepat Waktu Dan Akurat

Diposting     Kamis, 17 Oktober 2019 10:10 pm    Oleh    ditjenbun



Pertemuan Workshop penyusunan Laporan Keuangan Ditjen Perkebunan TRIWULAN III TAHUN 2019 dilaksanakan pada tanggal 14 sd 19 Oktober 2019, dibuka oleh Kepala Bagian Umum Ditjen Perkebunan mewakili Sekretaris Ditjen Perkebunan.

Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018 berhasil mempertahankan opini audit dari BPK-RI ”Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”, pencapaian ini harus tetap dipertahankan seterusnya, untuk itu seluruh Satker Direktorat Jenderal Perkebunan harus meningkatkan kualitas Laporan Keuangan. Oleh karena itu penyelenggaraan Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Triwulan III Tahun 2019 menjadi sangat penting karena menjadi ruang untuk berkoordinasi data dan informasi dengan seluruh Satker Dinas Provinsi dan Satker UPT Pusat di daerah sehingga diharapkan penyusunan Laporan Keuangan dapat tepat waktu, akurat serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan yang berlaku.

Tujuan dari pertemuan ini antara lain
Menindaklanjuti permasalahan-permasalahan dalam Laporan Keuangan Semester I Tahun 2019, selanjutnya memantau agar tidak terjadi permasalahan yang sama pada Laporan Keuangan Triwulan III Tahun 2019;
Melakukan verifikasi atas ADK (Arsip Data Komputer) dan kelengkapan dokumen keuangan;
Menyamakan persepsi agar seluruh pejabat/petugas yang mengelola di bidang keuangan Lingkup Ditjen Perkebunan memahami dan menaruh perhatian yang tinggi bahwa Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara tahun 2019 harus disusun akurat dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dan Tersusunnya seluruhnya Laporan Keuangan Triwulan III satker lingkup Ditjen Perkebunan Tahun Anggaran 2019 beserta Catatannya.

penyusunan laporan keuangan merupakan kewajiban masing-masing Satker yang mengelola dana APBN yang sudah ada tata cara penyusunan, mekanisme dan jadwal penyampaian laporannya sudah ditetapkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor Nomor 213/PMK.05/2013 tentang perubahan PMK Nomor 233/PMK.05/2011 tentang perubahan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Dalam penyusunan laporan keuangan, setiap entitas pelaporan diminta untuk menyajikan Laporan Keuangan Tahun 2018 Unaudited sesuai dengan format pada BAB Ill Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2016 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Keuangan Negara/Lembaga.


Bagikan Artikel Ini  


Upaya Percepatan BUN500

Diposting        Oleh    ditjenbun



Solo – Tim Pelepasan Varietas (TPV) Tanaman Perkebunan melaksanakan sidang pelepasan varietas Semester II Tahun 2019 pada tanggal 16 s.d 18 Oktober 2019 di Novotel Hotel Kota Solo, Jawa Tengah.

Diketahui bahwa Proposal usulan yang mengikuti sidang Pelepasan Varietas Semester II Tahun 2019, sebanyak 19 (sembilan belas) usulan, yaitu untuk komoditas Kelapa Sawit, Tebu, Teh, Tembakau, Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida, Pala, Cengkeh, Kayu Manis, dan Abaka.

Seluruh proposal usulan yang diajukan oleh penyelenggara pemuliaan telah dilaksanakan penilaian awal dan monitoring evaluasi (monev) oleh Tim Penilai Varietas (TPV) Perkebunan. “Sidang pelepasan varietas tersebut dilakukan dalam rangka mendukung program BUN500, dimana dengan dilaksanakannya sidang pelepasan varietas tanaman perkebunan akan diperoleh varietas-varietas unggul baru, yang memiliki keunggulan antara lain produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta tahan kekeringan,” kata DR.Ir.M. Saleh Mokhtar, M.P Direktur Perbenihan Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementan (16/10/2019)


Bagikan Artikel Ini  


GELIAT EKSPOR KARET SUMSEL TEMBUS EROPA & AMERIKA

Diposting     Senin, 14 Oktober 2019 01:10 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Ekspor karet Indonesia mulai menunjukkan eksistensi kembali setelah beberapa pekan ditunjukkan dengan fluktuasi harga. Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu Kawasan pengembangan karet nasional yang secara eksisting berkontribusi terhadap peningkatan produksi karet nasional untuk tujuan ekspor. Program BUN-500 ditujukan untuk peningkatan produksi dan produktivitas karet nasional melalui penyediaan benih karet yang bersertifikat, unggul dan bermutu. Menurut Keputusan Menteri Pertanian nomor 472 tahun 2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional, bahwa kabupaten yang menjadi sentra pengembangan karet nasional di Provinsi Sumatera Selatan meliputi kabupaten Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Musi Banyuasin, OKI, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir dan Banyuasin dengan produksi karet tahun 2018 mencapai 1,06 juta ton pada luasan areal sebesar 850,9 ribu hektar (data BPS diolah Ditjen. Perkebunan, 2018).

PT. Hok Tong (Crumb Rubber Company) merupakan salah satu mitra Direktorat Jenderal Perkebunan yang bergerak di bidang trading komoditas karet Indonesia, khususnya ekspor karet ke pasar internasional. Data menunjukkan PT. Hok Tong yang beralamat di Keramasan dan Plaju, Sumatera Selatan melakukan ekspor komoditas karet untuk SIR 5, SIR 10, SIR 20, dan SIR 50 ke negara-negara di Amerika dan Eropa. Pada bulan Agustus 2019, PT Hok Tong telah mengekspor SIR 20 ke Amerika sebanyak 11.673,62 ton dan ke Eropa sebanyak 1.939,84 ton dan ekspor SIR 50 sebanyak 19.658,986 ton. Pemanfaatan SIR ini adalah untuk rubber dock fender, komponen-komponen untuk keperluan pabrik/industri seperti cement mill, centrifuge latex mill, crumb rubber mill, sugar mill, aluminium plant, oil palm mill, komponen bangunan tahan gempa dan beberapa aplikasi lainnya seperti conveyor belt, rubber mats, rubber bands dan lain-lain.

Tercatat dari data BPS diolah Ditjen. Perkebunan bahwa tahun 2018 ekspor karet Indonesia sebesar 2,81 juta ton dengan nilai ekspor mencapai USD 3,95 milyar. Ekspor TSNR-20 berkontribusi sebesar 92,1% atau sebesar 2,59 juta ton dari total volume karet Indonesia. Sebagian besar ekspor TSNR-20 ini ke negara Amerika Serikat, Jepang, India, China, Korea Selatan, Turki, Brazil dan Kanada.
“Indonesia sebagai negara produsen karet nomor 2 dunia setelah Thailand, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan ekspor komoditas karet Indonesia yang di dukung oleh kualitas bokar yang tinggi dan menjadi standar kebutuhan ekspor,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Kasdi Subagyono menambahkan bahwa, Ditjen. Perkebunan terus membina UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) di beberapa provinsi yang menjadi sentra produksi karet nasional dimana selain dalam upaya memperkuat kelembagaan petani juga dilakukan pendampingan kepada para petani dalam meningkatkan kualitas bokar sehingga akan dapat mendongkrak harga karet ditingkat petani,” tambahnya.


Bagikan Artikel Ini  


Cokelatku Budayaku Indonesiaku : TUMBUHKAN BUDAYA KORPORASI PEKEBUN KAKAO

Diposting     Ahad/Minggu, 06 Oktober 2019 09:10 am    Oleh    ditjenbun



Solok – Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah.

“Saat ini luas areal pengembangan kakao mencapai 1,6 juta hektar dengan produksi sekitar 593 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar dunia (posisi ke-4),” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan dalam sambutannya pada acara Peringatan Hari Kakao Indonesia Tahun 2019 di Kampus Universitas Muhammad Yamin Kab Solok Padang (5/10/2019).

Kasdi Subagyono menambahkan, Komoditas kakao juga merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan kakao tersebut hampir 97% diusahakan oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 1,7 juta KK. Disisi lain komoditas kakao memberikan sumbangan dalam perolehan devisa sebesar US$ 1,24 milyar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.

Dilihat dari perkembangan produksi, Lanjutnya, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan volume dan mutu produksinya. Beberapa faktor pendukung potensi tersebut antara lain luas lahan yang cukup sesuai untuk kakao, minat pekebun cukup tinggi, tersedianya bahan tanam unggul, tersedianya paket teknologi, tersedianya SDM peneliti yang berkualitas, dukungan pemerintah pusat dan daerah yang tinggi serta potensi pasar yang besar.

Produksi kakao dunia saat ini mencapai sekitar 4,79 juta ton yang sebagian besar dipasok oleh Pantai Gading (43%), Ghana (20%), Ekuador (6%), Indonesia (6%) dan sisanya oleh negara-negara produsen lainnya yang relatif kecil.

“Pada kondisi ekonomi saat ini, kita harus pandai menangkap peluang terbukanya pasar baru untuk komoditas kakao seperti China, Rusia, India, Jepang dan Timur Tengah disamping negara pengimpor lama seperti Eropa dan Amerika Serikat yang cukup memberikan dampak positif dalam perekonomian nasional,” tambahnya.

Di Indonesia, kakao merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan dari 16 komoditi unggulan lainnya yang mempunyai peran ekonomi yang cukup strategis. Menurut data  statistik perkebunan tahun 2018 (angka sementara) menunjukkan bahwa areal kakao nasional mencapai 1.678.000 ha dengan produksi mencapai 593,83 ton, sedangkan untuk produktivitas kakao nasional rata-rata sebesar 737 kg/ha. Dari total areal nasional tersebut, Sumatera Barat memiliki areal kakao seluas 157.856 Ha (9,41%). Produksi kakao di wilayah Sumatera Barat sendiri mencapai 52,15 ton yang menyumbang sharing 8,78% terhadap produksi kakao nasional. Produksi ini masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi intensif di kebun.

Kinerja komoditas kakao saat ini menunjukkan performance yang cukup prospektif dipandang dari aspek agribisnis karena pertumbuhan konsumsi dunia cenderung meningkat signifikan. Namun konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini relatif rendah yaitu rata-rata 0,4 kg/kapita/tahun sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 8 kg/kapita/tahun.

Pengembangan perkebunan kakao nasional saat ini belum optimal, masih banyak kendala baik di hulu maupun di hilir yang memerlukan penanganan yang lebih intensif, terintegrasi dan berkelanjutan.

“Tahun 2020 Indonesia telah ditunjuk sebagai host country dalam penyelenggaraan World Cocoa Conference (WCC) ke 5 yang mewakili negara Asia. WCC merupakan konferensi internasional yang saat ini akan fokus pada petani kakao di semua wilayah penghasil kakao seluruh dunia serta menyoroti peluang dan tantangan spesifik sektor kakao di Asia sebagai tuan rumah konferensi,” katanya.

Seiring dalam pengembangan kakao, tak dapat dipungkiri ditemui kendala atau permasalahan seperti dampak perubahan iklim, kondisi tanaman yang sudah tua dan tidak produktif, dan lainnya, namun pemerintah tentunya terus berupaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan telah melakukan berbagai upaya antara lain Gernas Kakao (Tahun 2009 – 2013) dan pengembangan kakao berkelanjutan yang hingga tahun 2019 telah mencapai lebih dari 477 ribu ha melalui kegiatan utama perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi. Pada tahun 2019 ini, telah dialokasikan kegiatan pengembangan kakao seluas 7.730 ha melalui kegiatan peremajaan dan perluasan yang didukung operasional substation dan pilot project fertigasi kakao. Selain itu juga telah diluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh petani di Indonesia.

“Benih merupakan salah satu faktor penting dalam mendongkrak peningkatan produksi. Oleh karena itu, Ditjen Perkebunan saat ini sedang membuat Grand Design BUN500 untuk memenuhi kebutuhan benih sepuluh komoditi unggulan perkebunan salah satunya adalah kakao melalui pembangunan logistik benih, nursery modern dan kebun induk di sentra pengembangan komoditi. Program besar ini memerlukan dukungan seluruh stakeholder perkakaoan nasional,” katanya.

Peringatan Hari Kakao Indonesia tahun ini, Lanjutnya, diselenggarakan di kebun petani yang pada tahun 2018 meraih penghargaan sebagai Juara 1 dalam lomba kebun kakao berproduksi tinggi. Langkah ini mencerminkan tingginya apresiasi kita terhadap prestasi petani dalam usaha taninya. “Tahun ini kami mengapresiasi kepada para pemenang lomba kebun kakao berproduksi tinggi. Selamat kami ucapkan pula kepada Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi maupun kabupaten serta Bupati yang menjadi pembina dan telah mengantarkan petani kakaonya menjadi juara. Harapan kami semoga prestasi ini menjadi langkah awal bagi peningkatan produksi dan produktivitas kakao di wilayah-wilayah penghasil kakao nasional lainnya,” tambahnya.

Kasdi Subagyono menambahkan, Kami menghimbau agar para pelaku usaha, petani dan lembaga penelitian bersama-sama pemerintah baik pusat maupun daerah bersinergi serta bekerja sama secara intensif dalam mewujudkan kebun kakao berproduksi tinggi dan berkelanjutan. “Diharapkan agar semua pemangku kepentingan kakao bersama-sama dalam sesi Talkshow dengan tema “Korporasi Pekebun Menuju Peningkatan Produksi dan Produktivitas Kakao Nasional” ini dapat mendiskusikan seluruh aspek terkait pengembangan agribisnis kakao secara utuh dan terintegrasi khususnya di sektor hulu sehingga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja komoditi kakao nasional secara signifikan. Adapun tema ini menurut saya sangat tepat karena korporasi merupakan solusi tepat untuk mewujudkan kemandirian petani dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas dengan prinsip keberlanjutan produksi,” tambahnya.

“Sekali lagi saya mengucapkan selamat dan sukses kepada para petani, dinas maupun bupati yang telah mendapatkan penghargaan dalam lomba kebun kakao berproduksi tinggi, semoga prestasi yang telah dicapai ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta semoga memberikan manfaat bagi kita semua,” katanya.


Bagikan Artikel Ini  


PERJUANGAN PENGEMBANGAN INVESTASI SECANGKIR KOPI “BOCA ITALIANO”

Diposting     Rabu, 02 Oktober 2019 09:10 am    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Perusahaan kopi BOCA Italia yang diwakili oleh Mrs. Alessandra Carelli (Direktur Sales) dan Mr. Chris Beachley (Direktur) berkunjung ke Ditjen. Perkebunan sebagai tindak lanjut pertemuan informal gathering ambassador beberapa waktu lalu.

Pertemuan yang diadakan diruang kerja Sekditjen Perkebunan, dipimpin oleh Sekretaris Ditjen. Perkebunan dan turut hadir Direktur Tanaman Tahunan & Penyegar, Kasubdit Penyegar, Kasubdit Data & Kelembagaan Pengendalian OPT, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kasie Pemasaran Internasional, Kasie Kerjasama Multilateral KLN, Kasie Standarisasi Mutu dan Kasubbag Kerjasama.

Agenda diskusi pada pertemuan tersebut adalah pemaparan profile company BOCA untuk kerjasama pemasaran produk kopi indonesia khususnya kopi Gayo yang selama ini cukup dikenal luas dikalangan peminum kopi di Italia.  BOCA Italia telah memasarkan produk diberbagai gerai kopi, hotel, mall dan pada event-event dengan 4 varian dengan blending kopi yang berbeda sehingga menghasilkan taste yang berbeda dari berbagai negara seperti Brazil, Kolombia dan Indonesia.

BOCA mengharapkan kerjasama dengan petani kopi Indonesia yang dapat menyediakan bahan baku dengan standar ekspor yang baik, kontinuitas produk dan Jaminan mutu produk. Selain itu tahun 2020 akan dibahas kemungkinan rencana kunjungan ke lokasi produsen kopi dari hulu hilir yg terintegrasi di seluruh Indonesia.

Chrish dan Alessandra berencana dalam waktu dekat akan berkunjung ke Aceh dan Sumatera Selatan, dari tampilan Packaging kopi dari 2 industri desa cukup layak di bawa ke Uni Eropa, dengan alasan roasted coffee yang telah dikemas itu punya tampilan kemasan sangat baik, ramah lingkungan, soft, self life panjang dapat menjaga cita rasa serta memberikan jaminan keamanan pangan bagi customers.

Sekretaris Ditjen Perkebunan mengatakan akan terus memperkenalkan bahwa kopi Indonesia terbentang dari Sabang hingga Papua walau satu pulau dengan varietas sama, karena keragaman kesuburan lahan memiliki keragaman cita rasa. “Semoga misi investasi dan pemasaran kopi Indonesia dapat mengangkat kesejahteraan petani kopi yang ada di Indonesia.” ungkap Antarjo Dikin, Sekretaris Ditjen. Perkebunan (1/10/2019).


Bagikan Artikel Ini