KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Tahun 2009, Produksi dan Ekspor Komoditas Perkebunan Meningkat Cukup Signifikan.

Diposting     Senin, 30 November 2009 12:11 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Tahun 2009, walaupun dibayangi-bayangi oleh krisis ekonomi global, ternyata produksi dan ekspor komoditas perkebunan Indonesia  meningkat cukup signifikan. Hampir semua komoditas utama perkebunan produksinya relatif meningkat, jelas Dirjen Perkebunan, Achmad Mangga Barani  pada acara konperensi pers akhir tahun, Kamis (31/12) di Kantor Ditjen Perkebunan-Jakarta.    Yang signifikan kepeningkatannya adalah  kelapa sawit yaitu produksi dari 18,12 juta ton CPO di tahun 2008 menjadi 18,78 juta ton  di tahun 2009  ton atau meningkat 3,6 %.   Komoditas lainnya yang  meningkat tetapi tidak terlalu besar adalah kelapa, kopi, tembakau, lada, dan cengkeh.

Sementara itu, volume dan nilai ekspor juga meningkat. Tahun 2008 total volume ekspor sebesar 24 juta ton dengan nilai USD 24 milyar. Dan pada tahun 2009  meningkat. Angka sementara 2009 yang diperoleh dari BPS adalah  volume ekspor  28.71 juta ton dengan nilai USD 26.50 milyar atau produksi meningkat sebesar 19,6% dan nilai meningkat 10,4%

Sejalan dengan peningkatan produksi dan  nilai ekspor, yang juga penting menurut Dirjen adalah bagaimana peningkatan tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap kesejateraan petani-pekebun. Sub sektor perkebunan tambah Dirjen telah memberikan kontribusi mengatasi persoalan ekonomi nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan pengembangan wilayah. Pengembangan subsektor perkebunan di desa-desa dan di daerah  terpencil selama ini telah dapat menggerakan sektor ekonomi lainnya (multiplyer effect) menjadi pusat–pusat pertumbuhan perekonomian di pedesaan.

Tabel. Perkembangan Keterlibatan Tenaga Kerja di Sub Sektor Perkebunan Tahun 2005-2009

Tahun

Keterlibatan Tenaga Kerja (juta Orang)

Pangsa Tenaga Kerja

Perkebunan (%)

terhadap

Nasional

Pertanian

Perkebunan

Nasional

Pertanian

2005

105,86

42,31

18,95

17,90

45,87

2006

106,39

40,14

19,03

17,89

47,41

2007

109,94

41,21

19,05

17,33

46,23

2008

111,95

41,33

19,40

17,33

46,94

2009

113,74

43,03

19,70

17,32

45,78

Laju Pertumbuhan (% tahun)

1,82

1,06

0,98

Tabel. Perkembangan Pendapatan Petani-Pekebun tahun 2005-2009

Tahun

2005

2006

2007

2008

2009

Pendapatan Petani-Pekebun (USD/KK/2Ha/th)

920

1.178

1.389

1.551

1.555

Pertumbuhan (%/th)

28,04

17,91

11,66

0,26

Lebih lanjut Dirjen menjelaskan bahwa anggaran APBN Tahun 2009  yang dialokasikan untuk membiayai pembangunan sub sektor perkebunan adalahsebesar Rp 1,450 triliyun yang terdiri dari Rp  450 milyar  untuk pengembangan 15 komoditi utama yang sebagian besar dialokasikan ke daerah baik dalam bentuk dana Tugas Pembantuan (TP) maupun  dana Dekonsentrasi. Sedangkan anggaran Rp 1 triliyun untuk program Gernas-Kakao di 9 provinsi dan 50 kabupaten terutama di Kawasan Timur Indonesia.

Program Tahun 2010.

Berdasarkan hasil keputusan BAPPENAS bahwa di masing- masing unit kerja hanya ada 1 program kerja,  dimana tahun lalu ada 3 program kerja. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mengukur kinerja di masing-masing unit kerja. Program kerja yang ada di Ditjen perkebunan untuk tahun 2010 adalah meningkatkan produksi,produktivitas dan mutu tanaman komoditas perkebunan dengan cara rehabilitasi, intensifikasi, diversifikasi dan peremajaan. Program pembangunan perkebunan tahun 2010  disesuaikan dengan Visi Pembangunan Perkebunan 2010-2014 yaitu “Terwujudnya Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Perkebunan”.

Berdasarkan komoditas yang menjadi tanggung jawab pembinaan Ditjen Perkebunan ada 127 komoditas. Bandingkan dengan negara Malaysia hanya menangani 5 komoditas, maka kegiatan pokok pembangunan sektor perkebunan adalah 1)Peningkatan produksi, produktivitas, mutu tanaman semusim, 2) Peningkatan produksi, produktivitas, mutu tanaman rempah dan penyegar, 3) Peningkatan produksi, produktivitas, mutu tanaman tahunan, 4) Pemilihan benih unggul dan sarana produksi, 5) Perlindungan gangguan usaha perkebunan 6) Pengujian mutu bahan tanaman dan 7) Proteksi benih.

Produksi kakao untuk wilayah Indonesia Timur mengalami penurunan dimana untuk tahun lalu rata-ratanya 1.1 ton perhektar sekarang menjadi 500 kg perhektar. hal ini disebabkan karena semakin banyak Tanaman Rusak (TR), pemeliharaan yang kurang bagus dan  serangan hama penyakit. Untuk komoditi tebu,  tahun 2015 harus bias mencapai  swasembada gula yaitu dengan cara perluasan areal, pembangunan pabrik baru, perbaikan pabrik lama khususnya di daerah Sumatera (Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Lampung).

Tabel. Sasaran Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2010-2014

 

Indikator

Sasaran

 

2010

 

2011

 

2012

 

2013

 

2014

Rerata Perthan

(%)

Pertumbuhan PDB

  • Harga berlaku (%)
  • Harga konstan (th 2000

10,84

2,97

11,03

3,02

11,22

3,08

11,41

3,14

11,60

3,19

1,71

1,80

Keterlibatan T.Kerja (jt.org)

19,78

20,08

20,45

20,9

21,42

2,01

Tambahan lapangan kerja (rb.org)

226,00

300,00

370,00

450,00

520,00

23,31

Investasi (Rp. Triliun)

45,18

51,73

57,31

62,9

68,49

10,98

Neraca Perdagangan Pertanian (US$ jt.)

26,24

30,81

36,12

42,45

49,80

17,37

Pendapatan petani perkebunan (US$/KK/2Ha)

1.600,00

1.660,00

1.720,00

1.780,00

1.840,00

3,56

Ekspor perkebunan (USD milyar)

23,48

27,03

30,96

35,19

39,73

14,06

NTP Perkebunan Rakyat

105,02

106,07

107,1307

108,20

109,28

1,00


Bagikan Artikel Ini  

Puncak Hari Perkebunan ke 52.

Diposting     Ahad/Minggu, 15 November 2009 12:11 pm    Oleh    ditjenbun



YOGYAKARTA-Puncak Hari Perkebunan ke 52, Kamis,  tanggal 10 Desember 2009 diperingati di Kampus INSTIPER-Yogyakarta. Acara yang berlangsung di Aula Kampus Institut Pertanian ini   dihadiri sekitar 500 peserta dari berbagai kalangan masyarakat perkebunan. Tampak hadir direksi dari perusahaan perkebunan negara (PT.PN) dan  perkebunan besar swasta (PBS), petani-pekebun, mahasiswa dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinisi dan kabupaten/kota serta kelompok tani. Acara ini juga dihadiri Menteri Pertanian, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Teknologi, Dr.Ir.Iskandar Andi Nuhung, Dirjen Tanaman Pangan, Sutarto Alimuso yang saat ini juga menjabat Dirut Perum Bulog.

Acara yang berlangsung meriah, diawali dengan pembacaan sejarah panjang perkebunan Indonesia oleh Sudjai Kartasasmita (86 th), seorang pelaku sejarah perkebunan.  Uraian kata-kata, Pak Jai, begitu dia dipanggil didukung dengan tayangan film dokumenter tentang sejarah perkebunan yang berdurasi 5  menit. Penjelasan singkat tapi padat sangat memberi makna bagi undangan yang hadir. Mantan pejabat Dep.Pertanian ini menjelaskan bagaimana kejayaan rempah-rempah Indonesia, sehingga mengundang bangsa Eropa datang ke Indonesia.

Begawan perkebunan Indonesia, demikian dia dihormati oleh kalangan pengusaha perkebunan menguraikan potensi dan perkembangan perkebunan khususnya kelapa sawit. Kelapa sawit sampai dengan tahun 80, arealnya baru sekitar 200 ribu ha, tapi dalam jangka 25 tahun luasnya sudah mencapai 7 juta ha dan sekitar 3 juta (41%) merupakan milik rakyat. Betapa perkebunan   beperan penting dalam mensejahterakan rakyat. Bahkan perkebunan menurut Pak Jai,   mampu mengatasi berbagai isu global yang hangat dibicakan saat ini yaitu masalah penyedian pangan,  energi dan pelestarian lingkungan.

Pada rangkaian acara puncak ini,juga telah diserahkan bantuan. Pertama,  biaya penelitian kepada 26 mahasiswa pertanian yang sedang melakukan penelitian di beberapa perguruan tinggi seperti di UGM, INSTIPER, Universitas Sudirman -Purwokerto, masing-masing sebesar Rp 4 juta. Kedua, bantuan kepada 52 orang anak yatim piatu masing-masing Rp 500 ribu dan satu bahan pakaian, Ketiga, bantuan komputer untuk 5 pondok pesantren.

Yang cukup menarik adalah dinyanyikannya untuk pertama kali Hymne dan Mars Perkebunan. Kedua lagu ini dinyanyikan oleh 12 orang paduan suara karyawan dan karyawati Ditjen Perkebunan. Menurut Dirjen Perkebunan, Achmad Mangga Barani, kedua lagu yang diaransir oleh Aziz Hidayat, alumni Instiper dan Bimo Ario Utomo, memang sengaja dinyanyikan pada acara Puncak Hari Perkebunan 2009 ini. Hal ini dimaksudkan agar para undangan yang hadir dapat mendengarkannya dan meminta persetujuan apakah dapat diterima atau tidak sebagai hymne dan mars perkebunan. Sebab selama ini masyarakat perkebunan tidak punya lagu hymne dan mars. Ternyata,  setelah audien mendengar lirik dan lagu yang dinyanyikan,   secara aklamasi lagu Hymne dan Mars  tersebut disetujui dan ditetapkan sebagai Hymne dan Mars Perkebunan.  

Kenapa 10 Desember

Pilihan tanggal 10 Desember 1957 sebagai Hari Perkebunan yang disepakati untuk diperingati dan dikenang menurut Dirjenbun punya sejumlah pertimbangan.  Salah satu diantaranya adalah berlangsungnya peristiwa bersejarah yaitu pengambil alihan seluruh Perkebunan ex Belanda menjadi Perkebunan Nasional yang lebih di kenal ”Nasionalisasi Perkebunan.

Proses perjalanan pembangunan perkebunan sampai mampu mencapai pengembangan perkebunan seperti yang ada sampai saat ini,  memberi gambaran bahwa peristiwa ambil alih perusahaan perkebunan Belanda pada tanggal 10 Desember 1957 mempunyai nilai strategis dengan perkembangan usaha perkebunan rakyat serta perkebunan besar swasta. Dengan demikian maka dapat dipahami dan diterima peristiwa tanggal 10 Desember sebagai harinya seluruh masyarakat perkebunan untuk dikenang dan diperingati setiap tahun. Oleh sebab itu tanggal 10 Desember 2009 ini merupakan hari perkebunan yang ke-52, namun peringatannyayang pertama kalinya.

Pendekatan pengembangan pembangunan yang meletakkan perkebunan rakyat sebagai tulang punggung pembangunan dengan dukungan Perkebunan Besar, telah meningkatkan kinerja perkebunan yang ditunjukkan dengan meningkatnya luas areal.  Areal perkebunan yang tahun 1969 baru mencapai 4,6 juta ha, pada tahun 2008 telah meningkat menjadi lebih dari 18,8 juta ha.

Sampai saat ini perkebunan telah mampu menunjukkan peran dan keunggulannya dalam perekonomian nasional. Dalam 5 tahun terakhir, Produk Domestik Bruto (PDB) Perkebunan tumbuh 5,42% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 4,41%. Sejalan dengan peningkatan luas areal, penerimaan ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2008 mencapai US $ 18,85 milyar (atau sekitar 190 trilyunrupiah), disamping itu, pendapatan dari cukai rokok sekitar Rp. 52 trilyun dan pungutan ekspor CPO lebih dari Rp. 13,5 trilyun.

Selain sebagai komoditi ekspor, komoditi perkebunan juga berperan dalam mendukung penyediaan bahan baku industri dalam negeri, seperti industri ban, sarung tangan, minyak goreng, oleo-kimia, rokok, minuman, biofuel, tekstil, cokelat dan sebagainya. Disamping itu, sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang berbasis di pedesaan, usaha agribisnis perkebunan menjadi sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi 19,4 juta orang di on-farm. Serapan ini belum termasuk tenaga kerja yang terlibat di industri pengolahan lanjutan dan jasa.

Pembangunan perkebunan juga terbukti mampu untuk mendukung pengembangan wilayah. Berbagai wilayah dengan penggerak ekonomi wilayah utama perkebunan saat ini telah berkembang menjadi wilayah yang maju, bahkan telah meningkat statusnya dari semula hanya desa menjadi kecamatan, kecamatan telah menjadi kabupaten.

Tanaman perkebunan yang berupa pohon juga berfungsi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pengembangan perkebunan dapat memanfaatkan lahan atau padang alang-alang yang sudah terbuka, dapat melakukan fiksasi CO2 menjadi O2 serta dalam pelaksanaan teknis juga  kaidah-kaidah konservasi.

Dengan ditetapkannya Hari Perkebunan, masyarakat perkebunan dapat mempunyai satu hari yang layak untuk dikenang dan disyukuri, karena dapat dipandang sebagai  bagian dari perjuangan kemerdekaan dan sekaligus meletakkan dasar dari pembangunan perkebunan, sehingga mampu mencapai seperti yang ada sekarang ini. Peringatan Hari Perkebunan tidak berhenti disini, tapi  diperingati setiap tahunnya di setiap unit kerja.  Dengan demikian, Hari Perkebunan benar-benar menjadi hari berbangga hati, hari bersyukur, dan hari berbakti kepada masyarakat Indonesia (e&p-djbun).


Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan ke 52, Mengevaluasi Pelaksanaan Pembangunan Perkebunan Tahun 2009.

Diposting     Sabtu, 14 November 2009 12:11 pm    Oleh    ditjenbun



YOGYAKARTA- Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani, Kamis (9/12) membuka Pertemuan Koordinasi Evaluasi Pembangunan Perkebunan tahun 2009. Pertemuan yang berlangsung di Hotel Sahid Raya Yogyakarta sampai tanggal 12 Desember, dihadiri oleh semua Kepala Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan beberapa kabupaten, instansi terkait dan pejabat yang menangani evaluasi pada Ditjen Perkebunan. Dan sebagai nara sumber juga ikut berpartisipasi dari Ditjen PLA, Ditjen P2HP, Itjen Dep-Pertanian dan Biro Perencanaan Deptan.

Dalam sambutannya, Dirjebun menjelaskan bahwa pertemuan evaluasi kali ini sangat penting artinya, Pertama  karena hasil evaluasi yang akan diperoleh dari hasil pertemuan ini merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan program pembangunan perkebunan 5 tahun ke depan tahun 2010 – 2014.  Kedua, dalam rangka memperingatiHari Perkebunan ke – 52 tanggal 10 Desember 2009.

Mengawali sambutannya, Dirjen menjelaskan mengenai latar belakang  Hari Perkebunan tanggal 10 Desember. Dan kenapa baru tahun 2009 ini  diperingati. Dengan tegas, Dirjen mengatakan bahwa janganlah kita memperdebatkan masalah tersebut, yang penting kata Dirjen bagaimana kita dan masyarakat perkebunan bisa memulai. Banyak makna dan visi yang ingin kita peroleh dari  Hari Perkebunan.   Kegiatan tahun ini melalui Pekan Perkebunan banyak hal dapat dilakukan, mulai dari kegiatan olahraga,   bhakti sosial, seminar dan workshop, peluncuran hymne perkebunan, memberikan santunan kepada anak yatim dan bantuan biaya penelitian kepada mahasiswa INSTIPER-Yogyakara, dll. Kegiatan ini ujar Dirjen telah mendapat sambutan luas dari semua instansi terkait di pusat dan daerah, perkebunan besar negara dan swasta. Di daerah, peringatan puncak hari perkebunan 10 Desember diawali dengan apel bendera dengan membacakan Sambutan Menteri Pertanian.

Evaluasi Pembangunan

Sudah 5 (lima) tahun berjalan program pembangunan pertanian termasuk perkebunan di bawah Kabinet Indonesia Bersatu. Panduan pelaksanaan pembangunan perkebunan berupa Renstra Pembangunan Perkebunan periode 2005 –2009 telah hampir selesai dilaksanakan.

Diakui, pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan Tahun Anggaran 2009 banyak hambatan kendala yang  kita hadapi bersama.  Dengan adanya kendala tersebut kita perlu mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat berdampak positif terhadap pencapaian sasaran pembangunan. Sistem evaluasi yang diterapkan adalah menggunakan logical frame work yang mencakup output, outcome, benefit dan impact.

Pada tahun 2009, kegiatan pembangunan perkebunan meliputi 13 kegiatan utama yaitu (1) Revitalisasi Perkebunan karet, kelapa sawit dan kakao, (2) akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas tebu; (3) akselerasi pengembangan kapas rakyat; (4) pengembangan jarak pagar dan Desa Mandiri Energi (DME) (5) pengembangan kelapa terpadu; (6) pengembangan komoditi unggulan nasional diluar revitalisasi perkebunan; (7) pengembangan teh dan rempah; (8) pengembangan komoditi spesifik perkebunan seperti Gambir, Nilam, kenaf; (9) Pengembangan Komoditi Potensial Perkebunan seperti Kina,  Aren, Sagu; (10) Integrasi komoditi perkebunan dengan Ternak; (11) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; (12) Revitalisasi Perbenihan dan (13) Revitalisasi Perlindungan.

Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan Ditjen. Perkebunan, serapan anggaran sampai dengan 2 Desember 2009 masih rendah yaitu sekitar 62,83%, sedangkan berdasarkan informasi dari Daerah untuk estimasi sampai dengan Desember 2009 rata-rata sekitar 92,64%.

Dari hasil monitoring dan avaluasi tahun 2009 tersebut,  di beberapa provinsi dan kabupaten  ada beberapa kegiatan yang  tidak dilaksanakan seperti pemeliharaan kebun induk (KI) di Kab. Banyumas dan ada petani yang tidak berminat untuk pengembangan tanaman tertentu, seperti kopi robusta SE di di Kab. Pulang Pisau  (Kalteng) dan pengembangan kopi specialty di Kab. Mamasa (Sulbar).

Memperhatikan kondisi tersebut, Dirjen minta kepada dinas-dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten agar untuk tahun-tahun yang akan datang supaya realistis merencanakan suatu kegiatan. Proposal penyampaian usulan  bentul-betul dipersiapkan dengan matang mulai dari tingkat kelompok tani, kecamatan. Selanjutnya dibahas pada Musrenbang Pertanian di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional, tegas Dirjen.

Selanjutnya, terkait dengan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian, Dirjen minta perhatian sungguh-sungguh kepada semua satker, agar masing-masing unit kerja/satker mencermati dan menanggapi serta menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut, sehingga temuan Itjentan dimaksud tidak terulang kembali (e&p-djbun)


Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan, 10 Desember 2009 Dengan Berbagai Kegiatan .

Diposting     Ahad/Minggu, 08 November 2009 12:11 pm    Oleh    ditjenbun



Tangal 10 Desember 2009, bangsa Indonesia khususnya masyarakat perkebunan akan memperingati Hari Perkebunan ke 52. Tidak banyak masyarakat  yang mengetahui kenapa  10 Desember dijadikan Hari Perkebunan. Paling tidak ada dua alasan. Pertama, sebagai konsekuensi dari kemenangan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Kedua, sebagai perwujudan dari deklarasi ekonomi untuk kemandirian bangsa pada tanggal 10 Desember 1957. Sejak saat itu, perkebunan-perke­bunan besar milik Belanda dinasionalisasi men­jadi milik pemerintah Republik Indonesia.

Dalam proses nasionalisasi perkebunan, terlihat nyata jiwa patriorisme dan nasionalisme yang kuat,  yang menginginkan kedaulatan ekonomi harus berada di tangan bangsa sendiri. Inilah sebuah tonggak sejarah yang menunjukkan kemampuan bangsa ini untuk mengelola perusahaan perkebunan tanpa tergantung pada keahlian bangsa Belanda. Seiring dengan itu, para pekebun dan petani  terus melakukan ekspansi, membuka kebun tanpa ban­tuan pemerintah. Nasionalisasi perkebu­nan segera diikuti oleh konsolidasi manajemen perkebunan negara. Pengembangan perke­bunan rakyat mulai  diatur dalam  satu kesatuan struktur ekonomi nasional.

Sektor perkebunan mulai dil­irik sebagai salah satu sektor paling berpotensi untuk menghasilkan devisa negara dan penyediakan lapangan kerja. Dimulai dengan peningkatan kemampuan Perkebunan Besar Negara (PN). Setelah itu, mengintegrasikan kekuatan Perkebunan Be­sar Negara dengan Perkebunan Rakyat.  Pola ini dikenal dengan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sejak awal 1980-an. Sejak saat itu pola PIR mewarnai pembangunan perkebunan di Indonesia. Kesuksesan pola PIR juga se­bagai pemicu masuknya modal swasta untuk mendirikan Perkebunan Besar Swasta (PBS) baik dengan pembangunan yang memanfaatkan Hak Guna Usaha (HGU) maupun melalui pola kemitraan dengan rakyat (PIR-Bun) di wilayah-wilayah transmigrasi yang terpencil dan  pesisir. Boleh dikatakan pengembangan  perkebunan adalah satu-satunya sektor yang mampu membuka isolasi wilayah dan menggerakan ekonomi rakyat di perdesaan.

Pembangunan perkebunan akan terus dilanjutkan di era reformasi ini, dengan lebih fokus kepada peningkatan kesejahteraan petani-pekebun. Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu II, Suswono akan mengembangkan industri pengolahan hasil perkebunan. Langkah ini telah mulai dilakukan melalui Pencanangan Gerakan Nasional Fermentasi Kakao di Luwu-Sulsel oleh Mentan pertengahan bulan lalu. Pengembangan cluster industri berbasis kelapa sawit akan segera diwujudkan. Program pemantapan swasembada gula tahun  akan dicapai  pada tahun 2014 dan berbagai program peningkatan produksi dan kesejahteraan petani-pekebun seperti Revitalisasi Perkebunan, Gerakan Peningkatan Produksi dan Kulitas Kakao Nasional (Gernas)   akan terus dilaksanakan.

Ketangguhan sektor perkebunan juga telah teruji. Krisis ekonomi tahun 1997 yang hampir saja menghancurkan perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif,  tapi sektor ini  tetap tumbuh positif.  Devisa yang diperoleh juga cukup besar. Pelaku usaha dan petani-pekebun juga merasakan keuntungan dari naiknya harga komoditas dan windfall profit akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini juga terlihat pada saat krisis finansial dunia pertengahan tahun 2008 lalu. Walaupun sempat menggoyahkan ekspor komoditas perkebunan dengan anjloknya harga. Tapi industri perkebunan Indonesia sekali lagi memperlihatkan kelenturan dan ketangguhannya. Produksi dan devisa yang dihasilkan tetap tinggi. Tahun 2008  memperoleh sebesar US$ 24,5 milyar  dan tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi US$26,5 milyar. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan menjadi salah satu penopang penting bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi. Sektor ini juga memberikan kontribusi  dalam mengatasi  berbagai masalah nasional seperti  penyediaan lapangang kerja dan penanggulangan kemiskinan.

Pekan Perkebunan 2009

Menurut Achmad Mangga Barani, Dirjen Perkebunan, hari perkebunan yang akan diperingati setiap tahun bertujuan untuk membangkitkan semangat dan kesadaran kita dan generasi  yang akan datang bahwa  di bumi nusantara kita memiliki sumberdaya perkebunan yang sangat besar. Nah..bagaimana potensi dan kekayanan itu dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Oleh sebab itu, maka peringatan hari perkebunan tahun 2009 ini  mengambil tema “Membangun Perkebunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan dan Kemakmuran Bangsa”.

Melalui tema ini  diharapkan akan terbangun suatu komitmen bersama dari seluruh stakeholder perkebunan untuk mengembangkan perkebunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.  Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha perkebunan melalui penerapan teknologi  dan kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan.

Dalam rangka Hari Perkebunan akan diselenggarakan Pekan Perkebunan yang akan berlangsung dari tanggal 7 s/d 12 Desember 2009 di pusat dan di daerah dengan kegiatan  antara lain : bhakti sosial, seminar, pelayanan teknis perkebunan, penyebar luasan informasi hasil pembangunan perkebunan sebagai momentum untuk melakukan evaluasi pelaksanaan yang telah dilaksanakan selama satu tahun.

Pada acara puncak tanggal 10 Desember 2009, akan diadakan  apel peringatan hari perkebunan di semua instansi terkait di pusat dan daerah. Pada acara apel tersebut  akan dibacakan Sambutan Menteri Pertanian. Oleh sebab itu, semua unit kerja pemerintah yang menangani bidang Perkebunan di Pusat, provinsi, kabupaten/kota beserta seluruh jajarannya, diharapkan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas. Mengisi Pekan Perkebunan dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Pembangunan Perkebunan dan apabila perlu dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan.

Organisasi Profesi, Asosiasi, perusahaan-perusahaan di bidang Perkebunan, diharapkan dapat berperan sebagai pelopor dan penggerak petani perkebunan, kelompok petani perkebunan dan kontak petani perkebunan andalan untuk turut berpartisipasi aktif dalam memperingati Hari Perkebunan dan  mengisi kegiatan Pekan Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan bersama instansi terkait akan menyelenggarakan Pekan Perkebunan 2009 yang dipusatkan di Yogyakarta dengan berbagai kegiatan.

Pekan Perkebunan Indonesia 2009

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tempat Peserta
1 Konferensi Pers 04 Des 09 Kantor Ditjenbun  Media Cetak/Elektronik /Forwatan
2 Publikasi di Koran Kompas, Sinar Tani dan Media Perkebunan 03 Des 09 Jakarta Mass Media
3 Olahraga

–    Charity Plantion Golf Turnament

 

 

–          – Pertandingan Tenis

 

 

–          – Pertandingan Bulutangkis antar Es I Deptan

 

12 Des 09

 

 

02-04 Des 09

 

 

03-04 Des 09

 

Padang Golf Merapi-Yogyakarta

 

Lap.Tenis Tan.Pangan dan Deptan-Jkt.

 

GOR-Ragunan-Jkt

 

Instansi pemerintah, PBN,PBS&Asosiasi

 

Antar instansi lingkup Deptan, PBN dan PBS

 

Tim Es I Deptan

 

 

4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bhakti Sosial

–          Bantuan Benih/Penghijauan Dalam Rangka Pencanangan Penanaman Tanaman Perkebunan di Lahan Kritis.

 

–          Bantuan kpd Yatim Piatu

 

–          Bantuan Biaya Penelitian utk Mahasiswa INSTIPER Yogyakarta

 

–          Santunan kepada Anak Yatim

 

 

 

09 Des 09

 

 

 

09 Des 09

 

10 Des 09

 

 

Sleman-DIY

 

 

Yogyakarta

 

 

 

Yogyakarta

 

Yogyakarta

 

 

Sleman-DIY

 

 

Masyarakat perkebunan

 

 

 

 

 

 

 

 

5

 

 

Dialog Interaktif di Televisi

 

09 Des 09

 

Jakarta

 

TVRI &Swasta

6 Workshop/Lokakarya dengan Keynote Speech Menteri Pertanian.

 

–          Rencana Strategis Pergulaan Nasional.

 

–          Membangun Sistem Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia

11 Des 09 LPP-Yogyakarta Pelaku Usaha Perkebunan, Dinas/Instansi terkait & Asosiasi
7 Pameran Perkebunan 10-11 Des 09 INSTIPER-Yogyakarta Instansi terkait & Swasta
8 Acara Puncak Hari Perkebunan 10 Des 09 INSTIPER-Yogyakarta Pejabat pemerintah pusat&daerah, PBN,PBS,Asosiasi dan Masyarakat Perkebunan

 


Bagikan Artikel Ini