KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Serai Wangi : Kaya Akan Manfaat Dan Peluang Yang Menjanjikan

Diposting     Ahad/Minggu, 03 Mei 2020 04:05 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Bulan Februari lalu (3/02/2020), Presiden RI, Jokowi meninjau lokasi bencana di Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Selain melihat bangunan dam penahan longsor dan pembuatan bronjong kawat di daerah yang dilanda longsor di awal Januari lalu itu, Jokowi juga meninjau ke Desa Pasir Madang dan ikut dalam penanaman bibit di kebun bibit desa. “Kegiatan ini untuk mengedukasi masyarakat terkait pendekatan vegetatif dalam penanganan bencana. Jadi di tempat-tempat yang terjadi bencana banjir dan tanah longsor, pendekatan kita bukan hanya bangunan-bangunan fisik saja, tetapi juga dengan vegetatif agar ekosistem yang ada tidak terganggu. Untuk daerah Sukajaya ini, pemerintah menyiapkan kurang lebih 92 ribu bibit tanaman, dari jenis yang bernilai ekonomi seperti jengkol, durian, sirsak, hingga petai, dan tanaman yang berfungsi untuk memperbaiki ekosistem, seperti tanaman vetiver dan sereh wangi,” kata Presiden di Kebun Bibit Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya.

Pengembangan serai wangi di Indonesia hampir terdapat diseluruh Provinsi, mengingat serai wangi merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menuntut perlakuan khusus, sehingga bagi pekebun sangat mudah membudidayakannya. Komoditas serai wangi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup digemari saat ini. Minyak serai wangi Indonesia dikenal dengan nama Java Citronella Oil.  Adapun sentra pengembangan serai wangi terdapat di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kep. Bangka Belitung, Bali, NTB dan NTT.

Manfaat minyak serai wangi sangat beragam antara lain sebagai bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati. “Saat ini Indonesia merupakan pemasok minyak serai wangi kedua setelah RRC. Konsumsi minyak serai wangi dunia mencapai 2.000-2.500 ton per tahun sedangkan RRC memasok 600-800 ton pertahun sehingga masih terbuka peluang untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia tersebut,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan.

Menurut Kasdi, Dengan perkembangan teknologi, minyak seraiwangi dapat juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bio-aditif bahan bakar minyak (BBM). Tak hanya itu, tanaman seraiwangi juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi pada lahan kritis, baik untuk penghijauan pada lahan-lahan yang terkena erosi maupun reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan gambut. Salah satu contoh, Lanjut Kasdi, di provinsi Sumatera Barat, minyak serai wangi telah dikembangkan secara home industri berupa pembersih lantai, sabun untuk mandi dan cuci tangan bahkan minyak oles. Selain di provinsi Sumatera Barat, beberapa provinsi lainnya seperti Sumatera Selatan dan Lampung juga banyak mengembangkan home industri serai wangi ini berupa sabun cuci tangan, sabun mandi, dan minyak telon serta kebutuhan rumah tangga lainnya.

Saat ini perusahaan besar banyak menggunakan minyak serai wangi sebagai bahan baku industri rumah tangga seperti sabun atau produk lain.
Dengan melihat peran komoditas serai wangi dan hasil olahannya yang telah memberikan kontribusi bagi negara dan petani/pekebun khususnya, tentunya harus didukung dalam suatu perencanaan yang menyeluruh, terpadu dan sinergis baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang, dengan melibatkan seluruh stake-holder yang terkait dengan system dan usaha serai wangi selain itu perlu didukung oleh kemampuan SDM yang menguasai dan mampu menerapkan teknologi spesifik lokasi tersebut serta mampu mengorganisir diri dalam kelembagaan yang kuat atau koperasi petani, yang menekankan pada penumbuhan kemitraan antara petani produsen dengan pabrik pengolahan.

Untuk mendukung pengembangan komoditas serai wangi khususnya dalam menghadapi fluktuatif harga, diperlukan komitmen dan sinergi yang baik antara pihak industri dan pekebun atau kelompok tani. Karena tak dapat dipungkiri industri membutuhkan produsen bahan baku, untuk itu perlunya membangun sebuah kemitraan antara petani dengan industri, sehingga disaat harga naik dinikmati bersama begitu juga sebaliknya industri juga berbagi resiko bersama petani disaat harga komoditas turun. Ini merupakan bagian dari kemajuan bersama dan demi kesejahteraan pekebun.


Bagikan Artikel Ini