KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Kementerian Pertanian Tetap Berupaya Dorong Kualitas Produksi Karet

Diposting     Senin, 15 Juni 2020 12:06 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Salah satu komoditas perkebunan yaitu karet tak dapat dipungkiri tak lepas menjadi sorotan karena tantangan pada harga karet yang menjadi dilema para pekebun karet. Mengatasi tantangan karet ini tentunya tidaklah mudah, namun Pemerintah khususnya dalam hal ini Kementerian Pertanian tetap terus berupaya mengatasi tantangan karet ini dengan harapan harga karet dapat semakin membaik kedepannya dan dapat mensejahterakan pekebun. Harga karet ditentukan oleh pasar dunia (pasar global) sehingga dapat sangat berfluktuatif, dengan pengalaman beberapa tahun belakang relatif cenderung menurun yang disebabkan beberapa tantangan, antara lain kelebihan suplai di pasar ekspor, mengingat terdapat sejumlah negara baru yang menjadi eksportir karet. Sebelumnya produksi karet alam dunia hanya berasal dari negara penghasil karet alam terbesar yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Kemudian, beberapa negara produsen baru muncul belakangan seperti Vietnam, India, Myanmar, Laos, dan Kamboja.

Seperti yang diketahui bahwa negara Cina sebagai negara importir karet terbesar saat ini sedang mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut. Ditambah dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan negara di dunia awal tahun ini yang mengakibatkan adanya kebijakan dari masing-masing negara untuk membatasi penyebarannya, salah satunya pembatasan ekspor – impor.  “Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar untuk menangani kondisi karet saat ini, dengan membuat kebijakan, diantaranya peningkatan konsumsi karet dalam negeri yang mengkhususkan untuk penyerapan bokar dari petani. Disamping itu juga, kualitas bokar yang dihasilkan petani merupakan salah satu faktor penentu harga, dan diupayakan agar sistem pemasarannya dapat dilakukan secara berkelompok untuk memutus rantai pemasaran yang panjang,” kata Kasdi Subagyono pada keterangan tertulis (08/06).

Kasdi menambahkan, Untuk solusi jangka pendek petani dapat melakukan penanaman tanaman sela/tumpang sari dengan tanaman pangan atau tanaman pekebunan lain yang bernilai ekonomis, sehingga kebun karetnya lebih terpelihara yang secara tidak langsung akan meningkatkan produksi tanaman pokok (karet) dan sebagai subtitusi penambahan pendapatan.  “Pemerintah terus berupaya mengatasi tantangan karet dan meningkatkan harga karet, antara lain salah satunya dengan penguatan kelembagaan petani karet melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat/Bolkar (UPPB) untuk meningkatkan kualitas karet rakyat dan mekanisme pembelian karet rakyat melalui UPPB serta meningkatkan harga karet alam petani. UPPB juga menghasilkan bokar sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan oleh industri crumb rubber,” tambahnya.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan diketahui bahwa pada 2019 UPPB sudah terbentuk 498 unit, dan sudah teregistrasi 353 unit. Pengembangan pasar lelang karet di sentra – sentra karet untuk kepastian harga yang lebih wajar serta memperpendek rantai pemasaran antara petani karet dengan pembeli. Tak hanya itu, Lanjutnya, mendorong peran lembaga penelitian untuk menghasilkan diversifikasi olahan karet alam seperti canal blocking, seismic bearing, dock fender, bantalan rel kereta api, paving block, bantalan embung, peralatan medis dan lain sebagainya.

“Mendorong penyerapan karet alam melalui program rubberized road, Mendorong kemitraan langsung dengan industri pengolahan karet dan mendorong penerapan harga insentif bagi petani karet, serta Mendorong konsolidasi dan kerjasama negara produsen dan konsumen karet dalam forum ITRC (terutama dalam implementasi Agreed Export Tonnage Scheme / AETS) dan ANRPC,” tambahnya. Penyerapan karet untuk kebutuhan dalam negeri, seperti untuk campuran aspal jalan, kanal di lahan gambut, dan lainnya,serta bantuan alsintan untuk pengolahan bokar.


Bagikan Artikel Ini