KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Kementan : Kolaborasi Mete dan Porang Bikin Untung Petani

Diposting     Jumat, 27 Maret 2020 01:03 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Ditengah kondisi penyebaran Covid-19 yang semakin memprihatinkan, kebutuhan pangan maupun produk pertanian khususnya di Indonesia saat ini menjadi sorotan. Dampak dari pendemi Covid-19 dikhawatirkan akan terjadi penurunan produksi pertanian termasuk komoditas perkebunan. Namun hal tersebut, tak membuat Kementerian Pertanian maupun petani/pekebun menurunkan semangatnya. Selain menjaga kesehatan tentunya, Pekebun kreatif dalam mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan lahannya demi pemenuhan kebutuhan hidup, melalui diversifikasi tanaman.

“Diversifikasi tanaman pertanian merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengatasi masalah pemenuhan/penyediaan kebutuhan pangan saat ini. Sekarang, hampir semua daerah di Indonesia menggalakkan program diversifikasi tanaman guna meningkatkan produksi pertanian,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan.

Kegiatan usaha perkebunan yang hakekatnya merupakan perkebunan rakyat, dilaksanakan pada sumberdaya lahan kering, dengan konsep monokultur. Pada lahan kering, berbagai tanaman dapat dikembangkan lebih banyak dibandingkan dengan lahan basah. Hal ini berarti bahwa kegiatan usaha perkebunan sebagai usaha monokultur dapat ditingkatkan. Pengembangan perkebunan dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang salah satunya dapat ditempuh dengan mode polikultur.

Hal ini selaras dengan pola penanaman jambu mete yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara yang melakukan pola tumpang sari antara tanaman porang dengan jambu mete.

Harga gelondong atau kacang metenya yang relatif mahal menjadikan komoditas tersebut mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan petani di wilayah tersebut, begitu juga hal nya dengan tanaman porang yang memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai bahan campuran untuk industri, obat-obatan, makanan, dan lain-lain.

“Pola tumpang sari ini sangat baik untuk dilakukan, dimana pada saat petani melakukan pengembangan (peremajaan/perluasan/ intensifikasi/rehabilitasi) tanaman jambu mete, tanaman porang akan memberikan pendapatan bagi petani, sambil menunggu tanaman utama (jambu mete) menghasilkan,” katanya.

Kasdi menambahkan, Pola tumpang sari ini juga secara langsung dapat meningkatkan produktivitas tanaman jambu mete, dikarenakan petani akan lebih sering ke kebunnya dalam melakukan pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, dll) tanaman porang, sehingga secara tidak langsung tanaman jambu mete akan ikut terpelihara.


Bagikan Artikel Ini