KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Kebangkitan Emas Hijau Salatiga

Diposting     Kamis, 27 Agustus 2020 09:08 pm    Oleh    ditjenbun



SALATIGA – Kementerian Pertanian menargetkan pertumbuhan ekspor untuk sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi, kelapa, lada, pala dan vanili hingga tiga kali lipat sampai lima tahun ke depan. Menteri Pertanian mendorong agar para produsen dari hulu dan eksportir dapat memacu produksi komoditas perkebunannya hingga tiga kali lipat. “Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan. Tiga kali lipat ini dalam lima tahun, karena perkebunan paling tidak tanam dua sampai tiga tahun baru bisa tumbuh,” kata Syahrul.

Dalam upaya mendukung Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks), Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengatakan bahwa terdapat tujuh komoditas perkebunan yang saat ini memiliki potensi untuk peningkatan ekspor. “Ketujuh komoditas tersebut, yakni kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, dan vanili. Peningkatan produktivitas dan volume ekspor pada tujuh komoditas tersebut akan dilakukan melalui program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida),” katanya.

Untuk itu Kementerian Pertanian giat menggenjot produksi komoditas perkebunan termasuk vanili. Salah satunya melalui Tim Identifikasi Vanili yang terdiri dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dan Balai Penelitian Rempah dan Obat (Balittro) melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi awal mula penyebaran vanili di Salatiga – Semarang, dan Sekitarnya, khususnya di mulai dari Desa Randu Acir, Kecamatan Argomulyo, Salatiga.

Dimana kegiatan ini diagendakan oleh Balai Benih Tanaman Perkebunan (BBTP) Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berlangsung dari tanggal 8 sampai 9 Juli 2020. Salah satu petani vanili di desa Randu Acir masih melestarikan tanaman tersebut dari tahun 1960 yaitu Harjo, pria berusia 90 tahun tersebut, menuturkan bahwa dulu vanili salatiga pernah mencapai kejayaannya yang mana hasil panennya bisa untuk membeli ternak, lahan dan menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi. Namun masa keemasan tersebut memudar ketika harga emas hijau jatuh dipasar internasional yang pada waktu itu vanili lndonesia hanya dihargai Rp. 100,- per Kilogramnya.

Mbah Harjo, sapaan akrabnya, sangat prihatin dengan tantangan yang mesti dihadapi emas hijaunya. Namun roda terus berputar hingga Jito, putra Mbah Harjo, giat dan tekun memoles kembali emas hijau tersebut hingga berkilau saat ini. Mbah Harjo menuturkan bahwa, Jito, pensiunan PNS Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan bersama Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Griya Vanili Salatiga Semarang berhasil mengangkat kembali harumnya vanili Salatiga.  Pada kunjungan ke kebun Mbah Harjo tersebut, Wakil Walikota Salatiga, Muhammad Haris mengatakan perlunya bimbingan dari segenap unsur agar Salatiga bisa menjadi tuan rumah vanili dan akan terus mengupayakan pembangunan infrastruktur terutama sumber air agar perekonomian di desa Randu Acir meningkat.

Wakil Walikota Salatiga menghimbau kepada Eko selaku Ketua P4S Griya Vanili Salatiga Semarang agar bersabar dan istiqomah dalam menggiatkan vanili, dan Pemkot Salatiga terus mendukung langkah tersebut, serta berharap Pemulia Vanili dari Balittro akan terus memberikan bimbingan agar vanili Salatiga dapat berkualitas dan berdaya saing, sedangkan untuk BBPPTP Surabaya diharapkan dapat membantu agar benih vanili Salatiga jelas legalitasnya.
Sejarah membuktikan bahwa Salatiga turut berpotensi sebagai lumbung hasil bumi bernilai ekonomi tinggi seperti kopi, karet, vanili, aren, kelapa dan masih banyak lainnya, serta bernilai tinggi ini selayaknya menjadi kekayaan bangsa sendiri dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar daerah tersebut pada khususnya.


Bagikan Artikel Ini